Jakarta, JurnalPost.com – Ini masih pagi. Udara pagi terasa sangat dingin. Suasana pagi yang sepi tiba-tiba terganggu oleh tangisan seorang anak.
Tangisan itu rupanya berasal dari rumah Alif. Anak berusia 5 tahun itu terus menangis karena ingin bermain dengan mainan tersebut.
“Nanti kita main, mandi dulu,” teriak Sri pada Alif yang masih ngotot bermain gadget.
“Saya tidak mau. “Aku ingin bermain di ponsel,” kata Alif sambil menangis.
Beberapa kali Sri meyakinkan Alif untuk mandi. Namun Alif memberontak lagi sambil menangis dan tidak mau mandi.
“Ih, begini jadinya kalau anak kecanduan ponsel,” gumam Sri sambil meninggalkan Alif yang terdiam setelah mendapatkan ponsel tersebut.
Menanggapi hal tersebut, cucu Ki Hadjar Dewantar, Antarina SF Amir, dilansir sejumlah sumber, mengatakan bahwa anak-anak generasi Alpha sangat kecanduan gawai. Untuk itu orang tua harus mengatur waktunya.
Agar anak tidak kecanduan gadget, menurutnya orang tua harus mengalihkan perhatiannya dengan membaca buku atau aktivitas lainnya. Sebab gadget bukan satu-satunya sumber informasi.
“Harus ada aturan penggunaan gadget oleh anak, ada batasannya,” ujarnya.
Untuk itu, menurutnya, peran orang tua seperti mengajak anak berinteraksi sangat diperlukan. Jangan biarkan anak Anda menggunakan gadget dari pagi hingga malam.
“Ini akan menimbulkan masalah psikologis bagi anak-anak,” ujarnya.
“Perlu diajarkan anak belajar juga secara manual, misalnya buku cerita. “Jadi kita tidak hanya mengandalkan teknologi saja,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, komunikasi antara anak dan orang tua berkontribusi terhadap tumbuh kembang anak. “Itu akan menantang cara berpikir anak atau apa yang dilakukan anak,” ujarnya.
“Jadi komunikasi antara anak dan orang tua itu sangat penting,” imbuhnya.
Sementara itu, Anggota Komisi I DPR Subarna mengatakan, gadget memiliki banyak manfaat dalam kehidupan manusia jika digunakan dengan benar dan benar. Namun dapat menimbulkan dampak negatif terutama pada anak-anak jika digunakan tanpa pengawasan orang tua.
“Internet telah merambah seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak. “Di luar banyaknya manfaat yang diberikan teknologi ini, ada juga potensi bahayanya,” katanya.
Menurutnya, agar anak-anak dapat mencegah dampak negatif Internet, maka orang dewasa perlu mengajarkan mereka untuk menggunakan Internet secara bertanggung jawab. Oleh karena itu, pengawasan harus dilakukan oleh semua pihak.
Perlu kerja sama antara orang tua, guru, bahkan pemerintah untuk mengawasi dan mengendalikan anak-anak berselancar di media sosial, ujarnya.
Penggunaan alat bantu pada anak memberikan dampak positif. Seperti mengembangkan keterampilan, menambah wawasan atau mempelajari hal baru. Namun, ada juga hal negatif yang perlu dipertimbangkan.
“Kita juga perlu mengetahui dan memahami dampak negatif yang muncul, seperti membatasi interaksi dan komunikasi dengan orang-orang di sekitar kita. “Ini bisa membuat ketagihan, terutama jika menyangkut permainan,” katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, pihaknya berperan sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator di bidang tersebut. Mendidik pengguna gadget termasuk anak-anak.
“Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Cybercreation beserta mitra dan jaringannya hadir dan memperhatikan literasi digital yang merupakan keterampilan digital tingkat dasar bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia,” kata Semuel.
Penulis: Marlo Fatur Riziki, mahasiswa UHAMKA
Quoted From Many Source